5.13.2010

Sebuah Percakapan Tadi Sore

Hujan mengguyur bumi sore ini. Angin semilir menelusup diantara rongga-rongga teralis. Membuatku terkantuk saat sedang mendengarkan mama berbicara. Aku terbiasa menghabiskan waktu luang terlebih saat sore hari, untuk berbincang-bincang dengan mama. Topik apapun pasti pernah kami singgahi. Terlebih berita-berita heboh yang menghiasi layar kaca. Dari mulai tentang politik, pendidikan, tentang Ibu Sri Mulyani yang 'dilamar' Bank Dunia, 'drama' para tersangka koruptor, sampai tentang gunung merapipun tak luput kami bahas. Tapi jangan sangka bila percakapan kami ini semacam gosip. Sungguh tidak! Karena setelah itu, kami berusaha mencari solusi atas masalah yang kami bahas untuk menjadi pelajaran bagi diri kami.

Namun sore itu topik yang mengalir dari mulut kami berbeda. Tentang jodoh.
Akar bermula dengan pertanyaan, "Adek bener, udah manteb pengen ke Mesir (red:Al-Azhar)?"
Aku pun mengangguk. Kemudian bertanya, "Mama enggak mau ya, Lia sekolah di sana ? Habis Mama ngajuin pertanyaan kayak gitu udah lima kali lebih."
Mama tersenyum, "Bukan gitu," sesaat terdiam, "namanya orang tua kan ada perasaan berat ngelepas anaknya. Tapi, kalo' adek dah manteb ya udah."
Sempat membuatku bimbang. Tapi kemudian, aku mengangguk mantab.
"Ya udah, Mama ngedukung adek sekolah di sana asalkan lulusnya cepet dan....," kemudian terdiam. Dramatis nih mama. Batinku "....cepet nikah."

????????

sumber gambar: cinderella-wedding.com 

Wajar bila orang tua khawatir mengenai hal yang satu ini. Terlebih bila kepada anak perempuan. Mungkin, takut bila anaknya menjadi perawan tua. ( ??)
Tentunya, aku pun tak pernah berharap seperti itu.

Kadang aku berpikir, 'Mengapa kita mengkhawatirkan sesutu yang sejatinya telah ditetapkan Yang Kuasa?'
Tua sekali saya. But, well pertanyaan itu memang selalu menghantui.

Atau mungkin pertanyaan itu timbul karena diriku belum mempunyai keinginan ke arah sana. Tapi, tidak juga ah, aku pun penasaran dengan siapa kelak akan bersanding. Jawabannya hanya satu, biar waktu yang menjawab.

Dan pertanyaan biasanya bertambah menjadi, 'Kriteria kamu apa aja sih?'
Waduh, kalau bicarain kriteria gak akan ada habisnya. Manusia biasanya gak pernah puas sama satu option. Atau mudahnya, bila kita menginginkan kriteria kita terwujud, ada baiknya kita pun berusaha menjadi kriteria yang kita tetapkan. Misalnya, kalau kita ingin pasangan yang sholeh hendaknya kita sholehah. Tapi biasanya sih kriteria itu ditetapkan berdasarkan kekurangan kita. Dengan alasan, untuk saling melengkapi. Yah whatever, tapi yang harus kita percaya, kehendak Tuhan (apapun itu), tentulah yang terbaik bagi kita. Meski itu unwated option sekalipun. Benar-benar keluar dari daftar list kita. Karena meski perlahan, kita pasti dapat memahami maksud kehendak Tuhan tersebut. Meski itu sangat telat. Jauh di belakang. Menjalani apa yang ada di hadapan kita sepertinya lebih baik. Dibandingkan dengan mencari sesuatu yang bahkan tidak kita ketahui terkubur dimana. Dalam hal apapun. Bersyukur mungkin kuncinya. Bukan mungkin, memang iya.
Hahaa. Tua kali saya hari ini ?!!??

Tanpa terduga pertanyaan itu pun yang selanjutnya mama utarakan.
Aku pun tertawa. Dan akhirnya berkata,
"Yang deket sama mamanya."
Selanjutnya, mama mengangguk-angguk sambil berkata,
"Benar itu, benar."

2cuap-cuap:

Tulis Pendapatmu di sini, Kawan!